Kamis, 23 Desember 2010

E-GOVERMENT, E-LIBRARY, E-COMMERCE

E-GOVERMENT

Pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa Inggris electronics government, juga disebut e-gov, digital government, online government atau dalam konteks tertentu transformational government) adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C), Government-to-Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.

Jika e-government seringkali dianggap sebagai pemerintahan online ("online government") atau pemerintahan berbasis internet ("Internet-based government"), banyak teknologi pemerintahan elektronik non-internet yang dapat digunakan dalam konteks ini. Beberapa bentuk non-internet termasuk telepon, faksimil, PDA, SMS, MMS, jaringan dan layanan nirkabel (wireless networks and services), Bluetooth, CCTV, sistem penjejak (tracking systems), RFID, indentifikasi biometrik, manajemen dan penegakan peraturan lalu lintas jalan, kartu identitas (KTP), kartu pintar (smart card) serta aplikasi NFC lainnya; ; teknologi polling station (dimana e-voting non-online kini dipertimbangkan), penyampaian penyampaian layanan pemerintahan berbasis TV dan radio, surat-e, fasilitas komunitas online, newsgroup dan electronic mailing list, chat online, serta teknologi pesan instan (instant messenger). Ada pula sejumlah sub-kategori dari e-government spesifik seperti m-government (mobile government), u-government (ubiquitous government), dan g-government (aplikasi GIS/GPS untuk e-government).

Ada banyak pertimbangan dan dampak potensial penerapan dan perancangan e-government, termasuk disintermediasi pemerintah dengan warganya, dampak pada faktor sosial, ekonomi, dan politik, serta halangan oleh status quo pada ranah ini.

Pada sejumlah negara seperti Britania Raya, e-government digunakan untuk mengajak kembali ketertarikan warganya pada proses politik. Dalam hal tertentu bahkan dilakukan eksperiman dengan pemilu elektronik, dimana meningkatkan partisipasi pemilu dengan membuat pemilu menjadi mudah. Komisi Pemilihan Umum Britania Raya telah melakukan sejumlah proyek percontohan, meski dibayang-bayangi kekhawatiran akan kecurangan alat ini.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_elektronik

E-LIBRARY

Buku elektronik (disingkat Buku-e) atau buku digital adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka buku elektronik berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Dewasa ini buku elektronik diminati karena ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga umumnya memiliki fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam buku elektronik dapat dengan cepat dicari dan ditemukan. Terdapat berbagai format buku elektronik yang populer, antara lain adalah teks polos, pdf, jpeg, lit dan html. Masing-masing format memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan juga bergantung dari alat yang digunakan untuk membaca buku elektronik tersebut.

Salah satu usaha untuk melestarikan literatur berbentuk buku yang banyak jumlahnya dan memerlukan biaya perawatan yang mahal adalah dengan melakukan transfer dari bentuk buku ke bentuk buku elektronik. Dalam hal ini akan banyak ruang dan juga upaya yang dihemat untuk merawat literatur-literatur tersebut.

Buku elektronik di Indonesia

Sumber buku elektronik yang legal di Indonesia, antara lain dirilis oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan dibukanya Buku Sekolah Elektronik (BSE). BSE adalah buku elektronik legal dengan lisensi terbuka yang meliputi buku teks mulai dari tingkatan dasar sampai lanjut. Buku-buku di BSE telah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah Indonesia melalui Depdiknas, sehingga bebas diunduh, direproduksi, direvisi serta diperjualbelikan tetapi dengan batas atas harga yang telah ditentukan. Lebih dari itu, seluruh buku ini telah dinilai dan lolos saringan dari penilai di Badan Nasional Standardisasi Pendidikan (BNSP).

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia juga menyediakan sarana bagi penulis dan publik untuk membuka akses atas aneka buku elektronik dengan lisensi terbuka. Sarana ini telah dibuka dengan nama BUKU-e. Selain untuk buku-buku ilmiah, BUKU-e LIPI juga ditujukan untuk buku 'pembelajaran ilmiah', seperti diktat, buku teks, dll. Termasuk buku-buku BSE juga di-mirror di BUKU-e LIPI.

Project Gutenberg

Merupakan layanan buku elektronik terbesar dan tertua yang mendukung buku elektronik secara bebas. Saat ini terdapat lebih dari 25.000 buku elektronik bebas yang dapat ditemukan dalam katalog onlinenya.

arXiv

Yang terdapat di universitas Cornell memberikan akes terbuka terhadap 368.128 referensi elektronik dalam bidang fisika, matematik, sains komputer dan biolog kuantitatif. Beberapa ilmuwan karena peduli dengan penyebaran ilmu pengetahuan yang bebas, menyajikan karyanya dulu di sini sebelum diterbitkan dalam jurnal elektronik bergensi dan berbayar.

The Million Book Project

Adalah proyek sejuta buku yang dikembangkan oleh Universal Library, sebuah perpustaaan digital yang dpelopori oleh Universitas Carnegie Mellon di AS, universitas Zhejiang di China, Institut Sains di India, dan perpustakaan Alexandria di Mesir. didalamnya tedapat referensi dalam 16 bahasa yang koleksi bukunya sudah ada sejak terbitan abad 16.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Buku_elektronik

E-COMMERCE

Electronic commerce, yang biasa dikenal sebagai e-commerce atau eCommerce, terdiri dari pembelian dan penjualan produk atau jasa melalui sistem elektronik seperti internet dan lain jaringan komputer. Jumlah perdagangan dilakukan secara elektronik telah berkembang luar biasa dengan penggunaan internet yang meluas. Penggunaan perdagangan dilakukan dengan cara ini, memacu dan menggambar pada inovasi dalam transfer dana elektronik , manajemen rantai suplai , pemasaran Internet , proses transaksi online , pertukaran data elektronik (EDI), manajemen persediaan , dan sistem pengumpulan data otomatis. Commerce elektronik modern biasanya menggunakan World Wide Web setidaknya di beberapa titik di transaksi siklus hidup, meskipun dapat mencakup lebih luas teknologi seperti e-mail juga.


Sebagian besar elektronik commerce dilakukan sepenuhnya elektronik untuk virtual item seperti akses ke konten premium pada sebuah situs web, namun sebagian besar elektronik commerce melibatkan transportasi fisik item dalam beberapa cara. Online pengecer kadang-kadang dikenal sebagai e-tailers dan eceran online kadang dikenal sebagai e-ekor. Hampir semua pengecer besar memiliki kehadiran perdagangan elektronik pada World Wide Web.

Elektronik commerce yang dilakukan antara perusahaan yang disebut sebagai bisnis-bisnis atau B2B. B2B dapat terbuka untuk semua pihak yang berkepentingan (misalnya pertukaran komoditi ) atau terbatas pada spesifik, pra-kualifikasi peserta ( swasta pasar elektronik ). Elektronik commerce yang dilakukan antara perusahaan dan konsumen, di sisi lain, ini disebut sebagai bisnis-konsumen atau B2C . Ini adalah jenis electronic commerce yang dilakukan oleh perusahaan seperti Amazon.com . Belanja online adalah suatu bentuk perdagangan elektronik di mana pembeli langsung online untuk penjual komputer biasanya melalui internet. Tidak ada pelayanan perantara. Transaksi jual beli selesai elektronik dan interaktif secara real-time seperti Amazon.com untuk buku-buku baru. Jika perantara hadir, maka penjualan dan transaksi pembelian disebut perdagangan elektronik seperti eBay.com .

Elektronik commerce umumnya dianggap sebagai aspek penjualan e-bisnis. Hal ini juga terdiri dari pertukaran data untuk memfasilitasi pembiayaan dan pembayaran aspek dari transaksi bisnis.

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Electronic_commerce&ei

Kamis, 18 November 2010

Dampak Sikap Konsumtif Masyarakat akan Internet

Merambaknya internet dikalangan masyarakat tentunya menimbulkan berbagai dampak. Baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Hal ini perlu disikapi secara bijaksana. Penggunaan internet yang semula dimanfaatkan sebagai sumber informasi dalam konteks positif jangan sampai disalahgunakan sebagai sumber informasi yang bersifat negatif. Hal yang biasanya cukup menarik dan kerap kali dicari oleh orang-orang yang haus akan kebutuhan seksual adalah hal-hal yang bersifat pornografi. Dan semua ini dapat dengan mudah kita akses di internet. Dunia maya adalah dunia yang bebas atau tanpa batasan. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri. Seringkali tindakan tidak bertanggung jawab dari oknum-oknum yang secara sengaja memanfaatkan internet sebagai lahan mata pencarian, tentunya berupaya menyiasati agar produk yang ditawarkan dapat dilirik oleh orang kebanyakan. Sebagai imbalan yang dianggap setimpal, maka mereka memberikan fasilitas yang cukup memudahkan orang tersebut untuk dapat mengakses hal-hal yang berbau pornografi. Sebagai masyarakat modern yang bersifat dinamis tentunya kita harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Namun penggunaan internet haruslah dilakukan secara bijaksana. Karena internet kini tidak hanya menjadi komoditi utama bagi para pekerja, maka peran orang tua dirasa sangat diperlukan. Dewasa ini internet juga sudah menjadi teman akrab bagi para anak-anak usia remaja. Keberadaan internet sering kali dimanfaatkan sebagai media yang dapat membantu mereka untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Sah-sah saja jika mereka mulai memanfaatkan keberadaan internet. Namun, penggunaannya tetap harus diperhatikan. Karena anak-anak usia remaja tentunya masih berada pada fase yang cukup rentan. Kondisi yang rentan ini harus diperhatikan oleh para orang tua, agar anak-anak mereka tidak terjerumus pada hal-hal negatif.

Fakta yang cukup memprihatinkan juga datang dari dunia kanak-kanak. Bukan hal yang aneh lagi bagi kita, bila kita melihat anak usia sekolah dasar mulai kecanduan akan internet. Rasanya terlalu dini bagi mereka untuk mengenal internet. Karena mereka masih belum mengetahui bahaya akan internet, tentunya selain hal-hal positif yang dapat kita peroleh dari internet. Selain bahaya pornografi, keberadaan game online juga cukup mengganggu. Sesekali menghibur diri dengan game yang ada di internet terasa cukup menyenangkan. Tapi jika penggunaannya berlebihan, tentunya dapat menyita waktu, baik waktu beristirahat maupun waktu bekerja jika kita melakukannya saat bekerja. Tindak kejahatan seperti penipuan, pencurian dokumen penting ataupun hal-hal lain juga perlu diwaspadai saat kita menjadi penikmat setia internet.

Kesimpulannya adalah kita harus dapat bersikap fleksibel atau tidak terlalu kaku untuk dapat menerima kemajuan akan teknologi yang semakin menakjubkan. Internet tentunya sangat membantu kita untuk melakukan banyak hal. Semua hal dapat kita lakukan secara instan, baik mengirim surat, memperoleh berbagai berita terbaru yang sedang beradar, dan kemudahan-kemudahan lain dapat kita nikmati di internet. Kini komunikasi lintas benua juga menjadi hal yang amat mudah untuk dilakukan. Namun pengenalan perkembangan teknologi ini tentu perlu diperhatikan. Contohnya pada usia-usia tertentu dimana anak sudah dapat membedakan mana hal baik dan buruk. Pengenalan terlalu dini pada anak tentunya kurang baik. Apalagi jika kita hanya mengenalkan internet dari segi positifnya saja. Mengenalakan internet dari segi negatif juga perlu dilakukan agar anak tahu dampak apa yang akan ia peroleh dari sikap konsumtif mereka terhadap internet. Kewajiban orang tua untuk selalu mendampingi anaknya untuk mengenal hal-hal baru bukanlah perkara yang dapat ditawar-tawar lagi. Peran aktif orang tua tentunya menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap anak untuk menghadapi perkembangan jaman yang semakin bebas ini.

Senin, 26 April 2010

Cara Mengendalikan Rasa Marah ^^

Bagaimana cara mengendalikan dan mengatasi rasa marah? Pada umumnya pria cenderung lebih cepat marah dan agresif dibandingkan wanita. Sifat ini disebabkan oleh pengaruh hormon testoteron terhadap proses perkembangan otak bayi lelaki sejak masih dalam kandungan.

Penyebab lainnya yaitu faktor sosio-kultural. Beberapa kalangan masih menganggap kemarahan sebagai suatu hal yang negatif. Seseorang boleh saja mengekspresikan perasaan tegang dan tertekannya, kecuali marah. Akibatnya banyak yang tidak tahu bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa marah secara tepat.

Cara ini tidak mudah dilakukan, yaitu mengekpresikan rasa marah secara terbuka tanpa melakukan tindakan agresif (menyerang). Perlu belajar memahami apa yang sebenarnya anda inginkan tanpa menyakiti orang lain.

Penelitian lainnya juga menemukan bahwa faktor keluarga turut memegang peranan. Orang menjadi mudah marah, biasanya berasal dari keluarga korban perceraian, sering bertikai, membentak dan tidak cukup memiliki komunikasi emosional.

Apakah anda pemarah?

Rasa marah berperan penting karena merupakan komponen yang mematikan dari sindroma kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A memiliki ciri yang sangat berbeda dengan tipe kepribadian B. Berikut adalah ciri-ciri kepribadian tipe A:

Memiliki sifat selalu tergesa-gesa dalam menjalankan sesuatu
Berbicara dengan cepat dan seringkali memotong pembicaraan orang lain
Memiliki rasa bersaing tinggi bahkan dalam situasi non kompetitif
Cenderung ingin berprestasi dan selalu bersikap waspada
Mengambil sikap bermusuhan dan agresif
Jika ternyata kepribadian diatas cocok dengan anda, mulai saat ini anda sebaiknya untuk mengendalikan rasa marah anda. Berikut adalah tips untuk mengendalikan rasa marah:

Tetap berkepala dingin
Cara terbaik untuk mengatasi rasa marah adalah dengan mengetahui hal-hal yang memicunya dan mencegah agar faktor pemicu tersebut tidak sampai membuat seseorang kehilangan kontrol.

Bersikap rileks
Cara ini terlihat biasa, tetapi memiliki efek yang penting. Pada saat anda merasa ingin meledak, cobalah untuk menarik nafas dalam-dalam sebanyak dua atau tiga kali kemudian keluarkan secara perlahan-lahan. Ketika anda sedang menarik nafas dalam-dalam,ucapkan kata-kata “rileks” atau “tenang” secara perlahan.

Ubah cara berpikir
Dari pada anda memaki-maki dalam hati, “Huh, semuanya jadi kacau begini!” Cobalah untuk menggantinya dengan kalimat, “Kekacauan ini bukan akhir dari segalanya, kan? Percuma saja saya marah-marah, toh tidak akan menyelesaikan masalah.”

Komunikasi
Seorang yang biasanya marah, akan cepat sekali mengambil kesimpulan dan seringkali keliru. Jadi, langkah pertama yang perlu dilakukan dalam suasana memanas, cobalah tenangkan diri anda dan berpikir jernih. Pada saat yang bersamaan cobalah untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara anda dan pikirkan baik-baik sebelum menjawabnya.

Bercanda dan bercerita lucu
Mungkin anda kadang-kadang merasa jenuh atau kesepian selagi di tempat kerja. Bila hal ini terjadi, cobalah untuk bercanda dengan teman sebelah anda atau di depan anda. Becanda dan saling bertukar cerita lucu mampu meredakan ketegangan. Jika tidak memungkinkan, silahkan baca atau lihat gambar-gambar lucu dari buku maupun internet.

Selasa, 20 April 2010

Jangan Abaikan 'Sinyal' Tubuh

Anda pasti pernah mengalami kedutan, cegukan atau kuping berdenging.
Sayangnya, sebagian besar dari Anda seringkali mengabaikan tanda-tanda
tubuh tersebut. Padahal menurut dr. Karen Wolfe, penulis buku Create The
Body Your Soul Desires, mengatakan bahwa tubuh yang mengalami kedutan atau
cegukan bisa menjadi pertanda bahwa tubuh Anda sedang mengalami gangguan
ringan.

Namun meskipun gangguan tersebut tergolong ringan, tidak berarti Anda
harus mengabaikannya. Sebab, dengan memahami 'sinyal' yang diberikan oleh
tubuh diharapkan Anda dapat lebih peduli pada tubuh sehingga tubuh menjadi
lebih sehat.

Kedutan pada kelopak mata
Gerakan tak sadar yang diberikan oleh bagian tubuh Anda ini menandakan
bahwa tubuh Anda kurang beristirahat dan tidur. Bahkan para ahli kesehatan
sepakat, 99% kekejangan pada mata disebabkan karena tubuh Anda didera
stres dan lelah yang amat sangat. Tak ada cara lain yang bisa Anda lakukan
untuk menghentikan kedutan pada mata ini selain membiarkan tubuh dan mata
Anda untuk beristirahat. Mengompres mata Anda dengan air hangat untuk
beberapa saat juga sangat membantu.
Tebal
Menguap terus
Menguap tidak selalu berarti mengantuk. Menguap, juga merupakan sinyal
dari alam bawah sadar Anda bahwa tubuh Anda kurang bergerak. Misalnya,
Anda terlalu serius bekerja sehingga menghabiskan lebih dari lima jam
duduk di depan komputer. Terlalu banyak menguap bisa juga berarti bahwa
oksigen di dalam otak Anda sedang menurun jumlahnya. Hati-hati, kondisi
ini bisa menurunkan tingkat kewaspadaan serta kosentrasi Anda terhadap
pekerjaan dan lingkungan di sekitar Anda.
Tebal
Cegukan
Anda cegukan padahal Anda tidak sedang makan apapun. Kondisi ini menjadi
sinyal bahwa tubuh Anda sedang mengalami stres. Hal ini karena cegukan
melepaskan hormon stres ke dalam aliran darah, kemudian merangsang serat
saraf secara berlebihan. Akibatnya, terjadi kontraksi otot tak sadar yang
terletak di dekat pita suara sehingga menimbulkan bunyi. Cara termudah
untuk meredakan cegukan Anda adalah dengan cara menelan sedikit gula
pasir. Butiran gula pasir akan menstimulir ujung saraf di balik
kerongkongan sehingga menghambat impuls saraf lainnya, sehingga cegukan
pun reda.

Kaki kram
Apakah Anda sering mengalami kaki kram secara intens setiap malam? Kram
kaki merupakan sinyal tuTebalbuh yang mengisyaratkan bahwa tubuh Anda sedang
mengalami dehidrasi, kekurangan kalsium dan magnesium. Untuk mengatasinya
adalah minumlah air putih lebih banyak dari biasanya. Susu kalsium juga
sangat disarankan.

Disunting dari : http://slamet-budiarto.blogspot.com/

Asal Mula Nama 'Bluetooth' dan 'Lambangnya'

Nama "Bluetooth" berasal dari nama seorang raja di akhir abad 10.

"Harald Blatand" yang di Inggris juga dijulukì Harald Bluetooth, kemungkinan karena memang giginya berwarna gelap.

Ia adalah raja Denmark yang telah berhasil menyatukan suku-suku yang sebelumnya berperang, termasuk suku dari wilayah yang sekarang bernama Norwegia dan Swedia.

Bahkan wilayah Scania di Swedia, tempat teknologi bluetooth ini ditemukan juga termasuk daerah kekuasaannya.

Kemampuan raja itu sebagai pemersatu juga mirip dengan teknologi bluetooth sekarang yang bisa menghubungkan berbagai peralatan, seperti komputer personal dan ponsel.

Sedangkan logo bluetooth berasal dari penyatuan dua huruf Jerman yang analog dengan huruf 'H' dan 'B' (singkatan; Harald Bluetooth), yaitu (Hagall) dan (Berkanan) yang kemudian digabungkan.

Sejarah awal mula dari bluetooth adalah sebagai teknologi komunikasi wireless (tanpa kabel) yang beroprasi dalam pita frekuensi 2,4 GHz unlicensed ISM (Industrial, Scientific and Medical) dengan menggunakan sebuah frequency hopping tranceiver yang mampu menyediakan layanan komunikasi data dan suara secara real time antara host-host bluetooth dengan jarak jangkauan layanan yang terbatas (sekitar 10 meter).

Bluetooth berupa card yang menggunakan frekuensi radio standar IEEE 802.11 dengan jarak layanan yang terbatas dan kemampuan data transfer lebih rendah dari card untuk Wireless Local Area Network (WLAN).

Pembentukan bluetooth dipromotori oleh 5 perusahaan besar: Ericsson, IBM, Intel, Nokia dan Toshiba.
Membentuk sebuah Special Interest Group (SIG) yang meluncurkan proyek ini.

Pada bln Juli 1999 dokumen spesifikasi bluetooth versi 1.0 mulai diluncurkan.

Pada bln Desember 1999 dimulai lagi pembuatan dokumen spesifikasi bluetooth versi 2.0 dengan tambahan 4 promotor baru, yaitu; 3Com, Lucent Technologies, Microsoft, dan Motorola.

Saat ini, lebih dari 1.800 perusahaan di berbagai bidang bergabung dalam sebuah konsorsium sebagai adopter teknologi bluetooth.

Disunting dari : http://slamet-budiarto.blogspot.com/

Meraih Kebahagiaan Hidup


Dari Uang Sampai Tuhan
Kalau dipikir-pikir, kebahagian itu termasuk salah satu istilah yang sulit didefinisikan, lebih-lebih ditemukan padanan fisiknya. Apa yang dipahami seseorang mengenai kebahagian kerapkali berbeda terkait dengan perbedaan keadaan diri, kebutuhan, atau perkembangannya. Nasib kebahagian itu mirip seperti kebenaran, yang selalu nisbi dan relatif. Jika kita berpikir kebahagian itu adanya pada isi kantong, mungkin itu benar. Tapi, ketika kantong sudah terisi, akankah itu menjamin kebahagian? Banyak orang yang harus membeli kesenangan, termasuk yang sangat merusak, karena merasa tidak bahagia dengan dirinya atau keadaannya. Ini petunjuk bahwa uang tidak selamanya identik dengan kebahagian.

Jika kita berpikir kebahagian itu adanya pada menemukan pacar yang sesuai kriteria, lalu kita ajak dia membangun keluarga, ya pikiran semacam itu mengandung kebenaran. Tapi, ketika semua itu sudah terlaksana, akankah itu menjamin kebahagian? Jawabannya relatif. Sudah banyak orang berpacaran bertahun-tahun, tapi pernikahannya hanya sebentar karena (salah satunya) tidak bahagia.

Sama juga dengan pekerjaan atau profesi. Menjelang diwisuda, mungkin kita berpikir kebahagian itu adanya di pekerjaan atau profesi. Tapi, begitu pekerjaan atau profesi itu kita temukan dan kita jalani, jawabannya menjadi nisbi dan relatif. Menurut beberapa hasil studi, lebih banyak pegawai yang ingin pindah karena kurang bahagia dengan pekerjaan yang ada.

Meski kantong isinya penuh, punya teman hidup, atau pekerjaan bagus, ternyata itu saja tidak menjamin kebahagian, tetapi untuk bahagia, memang itu semua dibutuhkan. Kita sulit bahagia jika kebutuhan dasar sebagai manusia belum terpenuhi. Kita sulit bahagia apabila hidup kita hanya untuk diri kita, alias tidak ada orang yang kita ajak berbagi. Kita sulit bahagia ketika nganggur sebab kebahagian itu adanya pada dinamika.

Jika disederhanakan, untuk menjadi bahagia, kita membutuhkan faktor penentu dan faktor pendukung, yang keduanya tidak bisa dipisahkan. Faktor penentunya adalah diri kita. Semudah kita memilih untuk bahagia, semudah itu juga kita bisa memilih untuk tidak bahagia. "Orang akan bahagia ketika dirinya memutuskan untuk menjadi bahagia", kata Abraham Lincoln. Cuma, karena kita ini bukan makhluk personal semata (tetapi juga sosial), maka kebahagian kita pun perlu dukungan dari lingkungan atau orang lain yang membahagiakan. Malah konon ada yang mengatakan bahwa selain penyakit dan bencana, yang paling mempengaruhi suasanan batin manusia adalah hubungannya dengan orang lain.

Oleh karena kita juga makhluk material, maka kebahagian pun butuh materi dan berbagai simbolnya, seperti sandang, pangan, dan papan. Bahkan, karena kita juga makhluk spiritual, maka kebahagian itu dibahasakan dengan kalimat yang bunyinya "diberi" atas dasar sebab, bukan dicapai. Tuhanlah yang memberi kebahagian atau ketenangan dalam jiwa manusia. Banyak doa-doa yang redaksinya seperti misalnya "Ya Tuhan, berilah kami kehidupan yang bagus, berilah kami kebahagian, ketenangan, kemakmuran" dan lain-lain. Memanjatkan doa seperti itu bukanlah kekonyolan, mengharapkan mukjizat dari langit, tetapi lebih karena sikap hidup yang spiritual, dimana Tuhan pun berperan 100%, sama seperti peranan kita yang 100% juga.

Sikap Menerima & Kebahagiaan
Kebahagian adalah state of mind (jiwa) yang menjadi sebab sekaligus menjadi akibatnya, meski dibutuhkan faktor eksternal yang mendukungnya. Untuk menjadi orang yang bahagia, kita pertama kali harus menciptakan pikiran yang membahagiakan (positive mind), menemukan alasan untuk bersyukur sebanyak mungkin atau menciptakan makna-makan positif sebanyak mungkin. Jika kita berhasil mendatangkan faktor eksternal yang mendukung untuk merealisasikan alasan dan makna itu, maka state of mind kita juga akan bahagia (lahir-batin). Pertanyaannya, apa hal yang paling mendasar untuk bisa menciptakan pikiran yang membahagiakan itu? Untuk menjawab ini, rasa-rasanya sulit kita berpaling dari sikap menerima.

Sikap menerima sangat punya hubungan dengan tingkat kebahagian, baik secara kausatif atau korelatif. Ajaran agama mengharuskan sikap menerima terhadap takdir. Menerima takdir bukan menerima kenyataan (membiarkan atau mengabaikan), tapi menerima ketentuan Tuhan (menerima, memperbaiki, menjalani, mengubah, dst).

Kearifan lokal kita mensyaratkan nrimo, rela, lan legowo (menerima, merelakan, dan menyikapi secara positif) sebagai modal hidup sejati (urip sejati). Seperti yang diajarkan melalui kisah Bima dalam pewayangan, kebahagian yang kita cari itu adanya bukan di seberang sana, di atas sana, tetapi di dasar samudera jiwa kita. Tanpa relo, nrimo, dan legowo, sulit kita temukan dasar samudera itu. Kata seorang penulis buku-buku pengembangan diri, Mandy Evans, sikap menerima itu memiliki rahasia. Katanya, "Ketika Anda mulai bisa menerima diri seperti apa adanya sekarang ini, maka Anda mulai bisa membangun kehidupan baru dengan kemungkinan baru yang belum pernah ada sebelumnya."

Ada yang menarik dari hasil kajian Pak Hanna Djumhana, seperti ditulis dalam bukunya Meraih Makna Hidup (Paramadina: 1996), terhadap orang-orang yang pernah mengalami tragedi hidup yang dahsyat, lalu berhasil menciptakan kehidupan baru yang lebih bermakna dan bahagia. Mereka yang dikaji ini kebetulan dari daerah yang berbeda dengan masalah yang berbeda. Meski proses mereka dalam meraih kehidupan yang bermakna itu berbeda-beda, tetapi ada yang bisa disebut sebagai variable yang konstan atau proses yang sama-sama dilalui mereka. Bisa disebut sebagai proses yang wajib dijalani. Proses itu adalah penerimaan-diri. Sama seperti Evans di atas, menerima menjadi awal untuk menemukan dan memenuhi makna lalu meraih makna.

Menerima juga kerap menjadi prosedur ilmiah dalam penanganan korban bencana agar kembali menemukan gairah hidup yang lebih baik. Kalau orang terus menolak apa yang sudah tidak bisa ditolak, seperti kegagalan yang sudah terjadi atau kehilangan yang sudah tidak bisa ditemukan, ini malah akan memburuk dirinya. Memang pasti tidak mudah.

Berbagai Keyakinan yang Kurang Membahagiakan
Masih terkait dengan sikap menerima itu, ada tulisan David Burns (1980), Professor Standford University, yang menyinggung hal-hal kecil yang mestinya harus kita terima, tetapi prakteknya tidak bisa kita terima. Dan itu sedikit-banyaknya akan mempengaruhi kualitas kebahagian hidup, jika itu sudah menjadi karakter atau kebiasaan.

David Burns mencatat ada 10 keyakinan umum, yang kalau dipedomani secara fanatik, dapat menggagalkan orang untuk menjadi bahagia (self-defeating core belief). Mari kita lihat satu persatu di bawah ini:
  1. Emotional perfectionism, misalnya kita berkeyakinan bahwa saya harus bahagia terus, harus sempurna terus, harus dalam keadaan emosi yang seimbang terus.
  2. Performance perfectionism, misalnya kita berkeyakinan saya harus tidak pernah gagal, harus tampil tanpa cacat sedikit pun, harus menghasilkan sesuatu yang sempurna
  3. Perceived perfectionism, misalnya kita berkeyakinan tidak akan ada orang yang akan menerima atau mencintai kita kalau kita tidak sempurna atau punya kekurangan
  4. Fear of disapproval or criticism, misalnya kita berkeyakinan bahwa yang kita butuhkan untuk bahagia adalah dukungan dan pujian orang lain, full.
  5. Fear of rejection, misalnya kita berkeyakinan hidup kita akan hancur jika si dia menolak cinta kita atau berpisah dengan si dia
  6. Fear of being alone, misalnya kita berkeyakinan bahwa tanpa kehadirannya, hidup kita tak punya arti apa-apa.
  7. Fear of failure, misalnya kita berkeyakinan bahwa hanya ketika kita tidak pernah gagal itulah yang membuat hidup kita akan bahagia dan sempurna
  8. Conflict phobia, misalnya kita berkeyakinan bahwa orang yang hidupnya baik dan sempurna itu adalah yang tidak pernah berkonflik
  9. Emotion phobia, misalnya kita berkeyakinan bahwa saya harus tidak boleh marah, cemburu, sedih, kecewa, dan seterusnya untuk bisa menjadi bahagia
  10. Entitlement, misalnya kita berkeyakinan bahwa orang lain haruslah menjadi seperti yang saya inginkan untuk bisa bahagia

Semua bentuk keharusan di atas, bisa berfungsi ganda, tergantung bagaimana akan digunakan. Jika itu kita gunakan untuk mendorong proses yang lebih sempurna (search for excellence), menerima secara antisipatif, tentu akan positif. Tapi, jika itu kita gunakan untuk menolak kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang kita yakini (denial), negatifnya akan lebih banyak. Itulah sebabnya, sikap menerima menjadi penting.

Disunting dari : http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=618

Kapankah Kompetisi Berubah Menjadi Konflik?

Kompetisi & Konflik
Kalau melihat ke arti dasarnya, kompetisi itu tidak otomatis langsung mengandung konflik. Kamus bahasa Inggris, Merriam Webster’s, misalnya, menjelaskan kompetisi itu diambil dari bahasa Latin, competere, yang kemudian berubah menjadi to compete dalam bahasa Inggris. Competere sendiri mengandung banyak arti, antara lain: mencari bersama (to seek together), menyetujui (agree), pergi bersama (to go together) atau menyesuaikan (be suitable). Dari sekian arti itu hampir tidak kita temukan yang mengarah pada konflik.

Memang ada sedikit perubahan ketika competere menjadi to compete. To compete adalah berjuang untuk mencapai sasaran, baik ditempuh secara sadar atau tidak sadar. Atau juga berada di dalam situasi persaingan, seperti perusahaan yang sedang merebut hati pelanggan. Yang menarik di sini, ternyata ketika dalam bahasa Inggris pun, kata itu bentuknya intransitive, yang berarti tidak butuh objek (korban), seperti kata memukul, membenci, menghina, atau merendahkan.

Namun, rasa-rasanya sudah biasa kalau kita menjumpai perbedaan antara apa yang tertulis di atas kertas dengan apa yang terjadi di praktek hidup. Seperti kata orang, dalam teori, antara praktek dan teori itu sama. Tapi, dalam praktek, antara teori dan praktek adalah dua hal yang berbeda. Terbukti, menurut hasil survei, seperti yang dikutip Donelson R. Forsyth dalam bukunya Sosial Psychologi (1987), ternyata yang sering menjadi sumber konflik di kantor adalah kompetisi atau persaingan, entah untuk merebut jabatan, pendapatan, atau pengakuan. Kalau kita lihat, tidak menutup kemungkinan jika dari persaingan itu kemudian menimbulkan permusuhan, baik antar pribadi atau antar geng. Permusuhannya pun macam-macam; ada yang masih dalam bentuk permusuhan batin dan ada yang sudah berbentuk permusuhan lahir (kelihatan, fisik, dst).

Kapankah Kompetisi Menjadi Konflik?
Dari praktek yang umum terjadi, kompetisi akan segera berubah menjadi konflik ketika sasaran kita adalah to beat: mengalahkan orang lain, menghancurkan, atau menang dengan cara yang ngasorake (merendahkan). Karena tidak ada orang yang mau dikalahkan, maka konflik akan muncul. Dalam aturan kompetisi, memang harus ada orang yang bisa dibahasakan sebagai pihak yang kalah atau yang menang. Sejauh itu aturan main, yang letaknya di luar diri kita, itu tidak masalah; yang masalah adalah ketika kita sudah merendahkan atau mengalahkan orang lain untuk meraih kemenangan.

Supaya konflik tidak muncul, maka sasarannya perlu kita ganti, dari to beat ke to win atau meraih kemenangan yang pengertiannya adalah menjadi the best dari yang bisa kita lakukan terhadap diri kita (to achieve competitive advantages). Kompetisi juga sudah perlu dipahami sebagai benih-benih konflik ketika suasana, situasi, dan iklim interaksi yang muncul telah mengeluarkan aroma permusuhan, penjegalan, atau pembunuhan karakter.

Ada pelajaran yang cantik tentang kompetisi ini dari makna yang ada di balik abjad Jawa yang jumlahnya 20 itu. Rententan makna di baliknya mengajarkan kita bahwa kita ini adalah utusan atau makhluk Tuhan yang dibekali perbedaan, dari jenis kelamin, bakat, sampai profesi (Honocoroko). Dengan bekal perbedaan itu, hendaknya kita menggunakannya untuk melakukan berbagai peranan yang sesuai dengan perintah-Nya, seperti mengasah keunggulan atau bekerjasama untuk berprestasi atau berkontribusi (Dotosowolo). Jika perbedaan itu kita gunakan sesuai aturan / perintah-Nya, misalnya berkompetisi, maka masing-masing kita akan menjadi jaya dengan perbedaan itu, sesuai usaha, atau menjadi yang terbaik dari diri kita (Podojoyonyo). Sejauh kita ikhlas atau meniatkan semua proses itu atas kesadaran untuk menjalankan perintah Tuhan, maka tidak saja kejayaan di dunia ini yang kita peroleh, nanti di mata Tuhan pun akan dimuliakan (Mogobotongo).

Budaya Tenggang Rasa & Komunikasi
Apa yang membuat kompetisi itu bisa cepat berubah menjadi konflik dalam sebuah organisasi? Salah satu yang paling mendasar di sini adalah paradigma tenggang rasa yang telah menjadi budaya kerja atau yang sudah dipraktekkan secara umum.

Di setiap organisasi, pasti ada budaya kerja yang bersumber dari paradigma tenggang rasa. Yang membedakan di sini adalah level kualitasnya. Bila merujuk ke pendapatnya Stephen Covey (1993), level kualitas tenggang rasa yang tertinggi adalah adanya budaya kesediaan untuk mengalah (win/lose) atau saling memenangkan (win/win). Padahal, nilai-nilai kearifan tradisional kita mengajarkan bahwa orang hanya akan bisa bersedia mengalah (win / lose) atau legowo, bila:

1. Punya komitmen untuk menjaga sikap yang positif
2. Punya kepasrahan yang tinggi terhadap Tuhan
3. Punya dorongan yang kuat untuk menghindari prilaku buruk
4. Punya kesediaan membantu orang lain secara tulus
5. Tidak selalu mengkalkulasi untung-rugi kehidupan dari sisi materi (spiritual)


Artinya, legowo itu adalah perbuatan orang yang kuat: kuat prinsip hidupnya, kuat imannya, atau besar jiwanya sehingga bersedia mengalahkan self-interest-nya demi untuk kepentingan orang banyak atau kepentingan yang lebih besar. Legowo sangat sulit diharapkan dapat dilakukan oleh orang yang lemah, entah lemah imannya atau lemah prinsip hidupnya. Begitu kita lemah, perasaan merasa kalah / dikalahkan akan cepat muncul sehingga mendorong kita untuk mengalahkan atau tidak mau dikalahkan.

Sebab lainnya adalah kualitas komunikasi. Semakin rendah kualitas komunikasi dalam organisasi, sangat mungkin akan memudahkan munculnya konflik dari kompetisi. Beberapa tandanya antara lain: saling membela-diri, saling bermain politik, saling bermain trik yang tidak jujur atau tersembunyi, harus ada yang dikalahkan atau dikorbankan.

Sedangkan untuk kualitas menengahnya, antara lain ditandai dengan: budaya saling menghormati, saling menggunakan diplomasi, atau saling menjaga perasaan. Pada tingkat ini, kompetisi sangat mungkin menjadi penyebab konflik, tetapi mungkin tidak terlalu mencolok atau tidak terlalu kotor.

Adapun untuk kualitas yang tinggi, tandanya yang paling kuat adalah munculnya sinergi dalam proses komunikasi dan interaksi. Bersinergi di sini mencakup antara lain: memberdayakan perbedaan untuk kebaikan, saling tolong menolong, saling memberi informasi yang lebih terbuka untuk hal-hal yang dibutuhkan, dan seterusnya. Budaya tenggang rasa dan komunikasi itulah yang sering membuat orang-orang sekantor seperti saudara atau sudah mampu membangun hubungan yang tidak lagi hanya sebatas diikat oleh kesepatan profesi atau tugas. Tapi, bisa pula membuat orang seperti musuh bebuyutan.

Peranan Pemimpin & Kepemimpinan
Jika kompetisi sudah berubah menjadi konflik, lebih-lebih yang sudah sampai pada aksi saling merusak, salaing memusuhi, dan saling melakukan pembunuhan karakter, maka keterlibatan seorang pemimpin sangat dibutuhkan. Hampir sangat jarang ada contoh yang membuktikan keberhasilan penyelesaian konflik di organisasi tanpa keterlibatan pemimpin. Mungkin itulah kenapa sampai ada ungkapan yang mengatakan bahwa organisasi itu lebih bagus ada pemimpinnya, meskipun dia bukan orang yang segalanya bagus.

Kita tentu sudah tahu bahwa pemimpin di sini maksudnya bukan semata sosok, melainkan sosok yang menjalankan fungsi kepemimpinan. Kalaupun sosoknya ada,tetapi fungsi kepemimpinannya tidak jalan, seringkali ini kurang berguna. Bahkan bisa-bisa pemimpin itu sendiri yang menjadi sumber konflik. Fungsi kepemimpinan yang sangat dibutuhkan dalam memotong mata rantai konflik itu adalah mengendalikan perbedaan individu dengan mengacu pada nilai dan visi organisasi. Kata Horney (Our Inner Conflict: 1945), setiap orang itu memiliki kebutuhan untuk menyendiri dari orang, mendekati orang, dan melawan orang. Bisa dibayangkan, jika dorongan untuk berbeda dan melawan itu tidak dikendalikan dengan visi dan nilai organisasi, supaya tetap on the track, maka organisasi itu akan menjadi ajang konflik dari perbedaan orang-orangnya. Yang satu begini dan yang lainnya begitu.

Fungsi penting lainnya adalah merumuskan atau menyepakati aturan main dalam organisasi. Dalam konteks ini, aturan main yang perlu digariskan adalah yang menyeimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan. Tumbuh yang tidak merata dapat menimbulkan konflik, lebih-lebih ada pilih kasih, seperti juga merata yang tidak tumbuh: dapat menimbulkan conflict in harmony.

Fungsi lainnya adalah untuk memperkuat kultur yang bertenggang rasa tinggi atau yang kualitas komunikasinya tinggi. Seperti kita tahu, kultur dibentuk dari nilai, pengetahuan, tradisi, aturan, dan lain-lain. Jika merujuk ke sini, semua perusahaan / organisasi punya kultur. Bedanya adalah ada yang kuat, dalam arti yang mempraktekkan semua itu, dan ada yang lemah, atau hanya sekedar himbauan, mestinya, atau masih di tataran baru diidealisasikan, alias belum dipraktekkan. Siapa yang bisa menggerakkan ini kalau bukan pemimpin?

Intinya, fungsi kepemimpinan yang seringkali dapat menyelesaikan konflik adalah yang memutuskan untuk melakukan atau yang mengajak orang-orang menyepakati hal-hal yang akan dilakukan. Kalau hanya memainkan fungsi mengharapkan, menyalahkan konflik, atau menormatifkan, seringkali ini tak bisa mengubah apa-apa.

Bagaimana jika sosok pemimpin seperti itu tidak ada? Jalan lainnya adalah menunjuk satu atau dua orang yang berposisi sebagai penengah. Ini bisa sukses asalkan masing-masing pihak punya kecenderungan untuk berdamai. Tapi jika kecenderungan itu tidak ada, peran penengah sering gagal atau berjalan terseok-seok. Kecenderungan itu harus bisa dibuktikan adanya kesediaan untuk mengalah atau saling memenangkan. Jika kecenderungan itu hanya berupa ucapan, kerapkali ini masih belum cukup.

Apakah Semua Konflik Itu Selalu Jelek?

Kalau kita lihat lagi, konflik pun terkadang menghasilkan dinamika yang baik, meskipun konfliknya sendiri tetap jelek, tidak enak, atau sesuatu yang tidak kita inginkan. Beberapa ciri konflik yang menghasilkan dinamika positif itu antara lain:

* Jika mampu mengungkap borok atau persoalan yang selama ini tersembunyi
* Jika mampu menghasilkan evaluasi yang lebih baik
* Jika mampu membuat orang-orang memahami kenyataan yang sebenarnya
* Jika mampu mendorong orang-orang untuk lebih belajar lagi.


Tapi yang lebih sering terjadi, konflik juga menghasilkan dinamika yang buruk. Beberapa cirinya antara lain:

* Membuat produktivitas orang-orang menjadi anjlok,
* Moralnya menjadi rusak
* Api permusuhan berkobar dimana-mana
* Prilaku orang-orang makin ngawur
* Saling mendemontrasikan sikap konfrontasi.


Ketika sudah begini, kantor adalah satu-satunya tempat yang paling menjadi korban. Orang berangkat ke kantor bukan to work, tetapi to fight, kalah-menang sama-sama jadi abu. Kata orang, jika di sebuah kantor itu ada konflik yang merusak, maka nada dan cara orang mengangkat telepon atau menyambut tamu, sudah beda rasanya.

Disunting dari : http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=619
Oleh : Ubaydillah, AN, Jakarta, 28 Desember 2009