Selasa, 20 April 2010
Belajar Dari Seekor Keledai
Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam
sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama
berjam-jam sementara si petani memikirkan apa yang harus
dilakukannya.
Akhirnya, si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua
dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup – karena
berbahaya), jadi tidak berguna untuk menolong si
keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk
datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai
menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang
sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi
kemudian, semua orang takjud, karena si keledai menjadi
diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke
dalam sumur. Si petani melihat ke dalam sumur dan
tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop
tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang
menakjubkan. Ia mengguncang- guncangkan badannya agar
tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu
menaiki tanah itu.
Sementara tetangga2 si petani terus menuangkan tanah
kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga
menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja,
semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi
sumur dan melarikan diri!
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran
kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk
keluar dari "sumur" (kesedihan, masalah, dsb) adalah
dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri
kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dari "
sumur" dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai
pijakan.
Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan
untuk melangkah. Kita dapat keluar dari "sumur" yang
terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah!
Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan:
1.. Bebaskan dirimu dari kebencian
2.. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan.
3.. Hiduplah sederhana.
4.. Berilah lebih banyak.
5.. Berharaplah lebih sedikit.
6.. Tersenyumlah.
7.. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum?
Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan,
maka aku meneruskannya kepadamu dengan maksud yang sama.
"Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu
kita yang terburuk, inilah satu-satunya waktu yang kita
miliki saat ini!"
Disunting dari : http://slamet-budiarto.blogspot.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar